KUALAT
“Dulu, aku selalu ikuti kata-kata petuah dari ibu. Tapi hanya sekali ini aku tidak ikuti kenapa harus aku rasakan semua rasa kekecewaan ? ngga adil !!” gumam Rio dalam lamunannya hari ini.
Semua memang berawal dari kecerobohan dan celaku sebagai manusia yang lalai. Hari itu jum’at minggu lalu, hari yang melelahlan untuknya. Pekerjaan kantor yang menumpuk belum lagi tugas atasan yang menyerahkan tanggung jawab kepada dia, mungkin karena dia dipercaya bisa mengurus semua. Tapi tetap saja dia manusia biasa yang punya rasa lelah dan jenuh, manusia yang suatu ketika hilang kendali.
Seperti biasa setiap hari jum’at rasa semangat bekerja menurun karena besok week end jadi Rio dan teman-teman selalu mengisi hari jumat dengan santai tapi tidak hari itu. Sebab persiapan berkas harus segera dirapikan dan diserahkan pada atasan belum lagi setumpuk file yang harus di input sebagai data sudah menunggunya, sepertinya ngga ada kata jum’at yang santai hari itu.
Pagi-pagi Noto teman sekerjanya sudah nagih janjinya minggu lalu yang mau ngajak main futsal bareng. Tapi dengan terpaksa janji itu harus Rio batali bukan karena hal lain, pastilah karena kerjaan yang sudah ngantri dari kemarin.
“sorry, to! Bukan gue ngga mau, tapi bener ngga bisa! Lu ngga liat nih tugas gue masih numpuk?” jawab Rio saat ditanya ulang tentang janjinya oleh Noto.
Mungkin rasa kecewa itu ada dihatinya, tapi mau bagaimana lagi ini tugas dan tanggung jawab. Dari kecil Rio sudah ditanamkan tentang pentingnya menjaga tanggung jawab dan menjadi jiwa yang pantang menyerah. Makanya rio menjadi seorang lelaki yang selalu memiliki jalan keluar dari setiap masalahnya. Tapi untuk saat ini dia sulit mencari jalan keluarnya.
Berangkat kehujanan, sarapan Cuma makan sekedar sepotong roti terasa hari yang memberatkan, hari yang lain dari hari-hari jum’at sebelumnya. Tapi tetap pada prinsipnya bahwa ini adalah tanggung jawab yang harus ia emban. Hari ini tak sedikit teman yang meledeknya karena tugasnya itu, sebab biasanya dia adalah orang yang rileks terhadap tugas tapi sekarang sebaliknya serba kaku.
“jiah, lu kenapa yo? Serius banget!” Tanya Ardi menatapnya cengengesan “santai aja kalie!” lanjutnya menepuk pundaknya lantass pergi
“yo, udah jam sebelas nih. Sholat jum’at ngga lu ?” Tanya Tania yang memang memendam rasa pada Rio, satu-satunya cewek yang kuat mentalnya. Walau sulit mendapatkan Rio tapi dia tetap kekeh pada pendiriannya untuk mendapatkan Rio entah kapan tapi yang jelas suatu saat dia yakin bisa dapetin hati Rio.
“ngga tau nih, ntar dech gue liat!lagi ribet nih!” jawab Rio sambil mengerjakan tugasnya.
Sedari pagi dia duduk depan computer hanya mengubah posisinya sesekali saatia merasa lelah dan penat. Hari terasa singkat, baru tadi ia lihat jam dinding menunjuk jam 9 tepat sekarang sudah menunjuk jam setengah 12 hampir waktunya sholat jum’at hal itu sama sekali ngga dia sadari. Satu per satu teman yang ngajak bareng untuk sholat jum’at di tolak perlahan sampe tidak ia sadari waktu hamper jam 12 tepat dan ia tau harus beranjak dan sholat jumat.
Belum sempat menuju masjid ia bertemu dengan teman kerjanya yang lain dan mereka bukanlah tipe teman yang baik untuk di dekati. Mereka mendekati Rio seakan menjadikan rio sasaran empuk tuk dirayu bergabug denganny nongkrong di tempat kumpul mereka.
“mau kemana, yo?” Tanya salah satu dari mereka
“pasti mau sholat jumat” tanggap yang satunya diantara mereka.
“iyalah, gue kan muslim! Jadi harus sholat jum’at!” jawab rio yang sedang lelah
“udahlah ikut kita aja! Lu kan dari tadi kerja pasti cape pasatinya istirahat sama kita nyatai di kantin!” tanggapnya “libur dulu aja…. Masa ngga bisa cuti!!! Tuhan kan juga tau kita cape! Bolehlah sesekali kita libur sholat!” lanjutnya tanpa menunggu jawaban dari Rio.
“udahlah…. Ayo ikut, kita refreshing lagi otak lu!” ujar yanglain menyeret tangannya sedikit memaksa.
“yaudahlah, lagi jugague butuh makan dari pagi belum makan!” tanggap Rio yang masih lemah.
***
Jelang sore, kerjaan hampir selesai. Setidaknya ia bisa tersenyum karena malem nanti ia akan bertemu dengan pujaan hati yang baru saja pulang dari dinasnya di Djogja. Pagi tadi dia sempat bikin janji dengannya walau tadi siang Rio ingin membatalkannya karena tugas yang banyak tapi sekarang ia yakin bahwa janji itu tidak garus ia batalkan karena tugasnya hampir selesai.
Sedikit lagi selesai, hari ini overtime saat yang lain selesai tugasnya dan sudah pulang meninggalkan kantor satu per satu Rio masih dimeja kerjanya dan saat kantor benar-benar sepi finishing yang Ia kerjakan selesai. Melihat tugasnya selesai perasaanny lega hilang semua bebannya yang ada dalam pikirannya besok libur dan bisa menghabiskan waktu untuk bersantai dengan kekasih.
Selesai semua tugas, ia bergegas untuk berkemas-kemas dan berangkat menemui kekasih yang janji diemui tepat pukul 8 nanti. Jam sekarang menunjukkan pukul 6 tepat sejenak Ia berpikir waktu yang dibutuhkan antara bisa dan tidak. Agar cepat sampai ia bernia menaiki kereta api yang berangkat jam 6.15 meskipun perjalanan kesana butuh waktu 15-20 menit tapi di yakin bisa untuk menaiki kereta jadwal tersebut.
Ia berusah cepat berlar, sialnya belum sampai stasiun hujan turun deras. Tapi ia terus berlari karena ia tau kalaupun neduh pasti dia akan telat menemui kekasihnya yang emosionl itu dan terpaksa dengan basah kuyub dia berlari. Ketika sampai distasiun kereta api ia melihat jam ternyata sudah jam 6.18 menit, Rio berharap kereta terlambat ternyata tidak. Kereta hari ini semua tepat pada waktunya, dengan terpaksa dia menunggu kereta selanjutnya pukul 7.30.
Dia berusaha menghubungi kekasihnya member kabar keterlambatannya. Mendengar alasannya itu sang kekasih marah dan tidak ingin memperdulikan Rio untuk malam ini. Rio berusaha mengerti kenapa semua ini terjadi dan apa penyebabnya. Seakan hari ini ia mendapat musibah beruntun, dengan basah kuyup rio terus berpikir dan berpikir bagaimana semua ini terjadi.
Rasa lelah hari ini membuatnya terlelap dan waktupun seakan mengizinkannya untuk memjamkan matanya sejenak karena waktu untuk menunggu masih ada hampir sejam lagi. Lelahnya hari ini mengajaknya untuk tertidur nyenyak beberapa KA yang melintas tidak lagi terasa olehnya dan ia terbangun disaat KA yang ditunggunya meninggalkan stasiun itu. Gagalah ia naik kereta api yang terakhir itu hingga akhirnya dia harus menaiki bis malem untuk pulang.
Lelahnya masih terasa meski sudah berkurang langkah kakinya sangat pelan mengarah pada halte bis yang berjarak 300 meter dari stasiun. Perutnya mulai merasa lapar uang yang dipegang hanya cukup untuk membayar bis karena hari itu adalah akhir bulan. Ia berharap ada makanan yang lezat dirumah, makanan khas sang ibu yang sangat dia sukai.
***
Malam semakin larut yang seharusnya ia sudah sampe rumah tapi sekarang masih dalam perjalanan, “untung besok libur!”gumamnya dengan mata sayup. Tinggal beberapa menit lagi Rio sampai diwilyah rumahnya. Dalam hatinya sudah sangat berharap ada makanan untuk male mini.
Tapi ternyata, dirumah sepi semua penghuni sudah terlelap dan Rio mencoba mencari makan di dapur tidak ada makanan sama sekali sampai akhirnya ia putuskan untuk langsung berangkat tidur. Dalam pembaringannya ia tetap belum bisa tenang memejam mata karena masih mencari penyebab kenapa semua ini menimpanya.
Perut yang berbunyi karena lapar seakan mengingatkannya tentang peristiwa tadi siang, saat Rio makan siang dikantin dan meninggalkan sholat jum’at. Dan sekarang ia paham semua ini karena kualat meninggalkan sholat jum’at tadi siang. Hingga akhirnya dia harus terima semua ini, ketinggalan kereta, kehujanan, ditinggal kekasihnya, pulang terlalu larut dan tidurpun harus dengan perut kosong.
“bener-bener KUALAT!”
***
0 komentar:
Post a Comment
Masukkan Kritik dan Saranmu